Sejumlah
foto dan sebuah video tentang seorang tentara Israel bersenjata yang
tengah mencoba untuk menangkap seorang bocah Palestina berusia 11 tahun
yang patah lengan di Tepi Barat beredar luas di media sosial pada akhir
pekan lalu.
Foto-foto tersebut menunjukkan tentara itu sedang memiting kepala bocah
itu, sementara sejumlah perempuan menarik punggung sang prajurit. Para
perempuan itu mencoba untuk membebaskan anak laki-laki tersebut.
Perkelahian itu terjadi dalam sebuah protes mingguan pada Jumat
(28/8/2015) lalu yang diselenggarakan para aktivis Palestina terkait
dengan pembangunan permukiman di desa Nabi Saleh di Tepi Barat.
Rekaman video diambil oleh ayah bocah itu sendiri, Bassem Tamimi. Demikian kata sang ayah kepada CNN. Tamini mengatakan, keluarganya secara rutin merekam demonstrasi dan mem-posting rekaman tersebut di situs yang disebut Solidaritas Nabi Saleh.
Video itu, sebuah klip yang diedit dari rekaman yang lebih panjang, telah memiliki hampir 3 juta views pada hari Minggu kemarin.
"Sangat sulit bagi setiap ayah atau ibu melihat putra atau putri mereka
diperlakukan seperti itu, diserang secara kasar," kata Tamimi.
Dalam video tersebut, putri Bassem Tamimi, A'hed, terlihat menggigit
tangan kanan prajurit itu dalam upaya untuk membebaskan saudaranya.
A'hed telah muncul dalam sebuah video sebelumnya yang diambil keluarga
itu dan di-posting di dunia maya. Dua tahun lalu, sebuah video yang di-posting
di dunia maya menunjukkan dia mengekspresikan kemarahannya terhadap
seorang tentara Israel. Tentara itu bereaksi dengan terus berjalan kaki.
Tamimi mengatakan, dia mendokumentasikan semua protes untuk mencatat
konflik di sana dan mengumpulkan apa yang dia katakan merupakan bukti
pelanggaran Israel.
Tindakan tentara dibenarkan
Pihak militer Israel membela tindakan tentaranya dengan mengatakan
bahwa orang-orang dalam kerumunan itu telah melemparkan batu kepada
sejumlah tentara. "Pasukan memutuskan untuk menahan salah seorang warga
Palestina yang diidentifikasi telah melempar batu," kata seorang juru
bicara militer Israel kepada CNN.
Militer mengatakan, komandan di tempat kejadian menghentikan penangkapan demi menghindari eskalasi situasi.
Tamimi mengatakan kepada CNN bahwa istri dan putrinya mencoba
untuk membebaskan putranya dan bentrok dengan tentara itu, seperti yang
ditunjukkan dalam video tersebut.
Sejumlah warga Nabi Saleh telah melakukan protes selama bertahun-tahun
terkait kebijakan permukiman Israel. Kadang-kadang protes berubah
menjadi kekerasan ketika para pemuda Palestina melemparkan batu dan
tentara Israel menembakkan gas air mata serta peluru karet.
“Heal the World” adalah lagu dari album hit Michael Jackson, Dangerous,
yang dirilis tahun 1991. Musik video film ini menampilkan seorang anak
yang tinggal di negara yang penuh kekacauan. Musik video lagu ini tidak
menampilkan Michael Jackson. Jackson menyanyikan lagu ini di Super Bowl XXVII.
Muhammad: Messenger of God. Sutradara Iran Majid Majidi kembali dengan karya fenomenal, setelah sebelumya pernah menghasilkan film apik Children of Heaven. Kali ini, dia membuat film tentang Muhammad yang menjadi film termahal sepanjang sejarah Iran.
Film Muhammad: Messenger of God ini menelan bujet yang
fantastis. Film dengan biaya produksi mencapai USD 40 juta atau setara
Rp 700 miliar tersebut adalah film paling mahal yang pernah ada di Iran.
Film berdurasi 171 menit itu bakal dibuat tiga seri.
Menurut sumber AFP, film tentang Muhammad tersebut mengalami gangguan
pada audio saat premiere Rabu lalu (26/8). Namun, penundaan itu tidak
mengurangi animo penonton.
“Langsung sold-out pada hari perdana di seluruh bioskop,” lanjut
sumber tersebut. Tiket film itu laris di 143 bioskop di Iran dan
mendapat view tinggi pada pemutaran perdana di Festival Film Montreal,
Kanada, sehari setelahnya.
Sebagaimana prediksi tim riset Al Azhar pada 2012, seri pertama dari
trilogi Muhammad tersebut menuai protes. Ancaman boikot pun muncul dari
muslim Sunni Iran. Penggambaran dalam bentuk dan media apa pun dianggap
perbuatan yang mencemari nama baik nabi.
Namun, produser Mark Joseph menjelaskan, masalah penggambaran nabi dan Tuhan tidak hanya dialami kaum muslim.
“Sudah banyak film seputar Yesus. Mulai King of Kings (1961), Jesus of Nazareth, hingga The Passion.
Semuanya menggambarkan Yesus dalam satu sosok yang gamblang,” ungkap
Joseph kepada Guardians. Dia menyatakan, film Muhammad merupakan “proyek
percontohan”. Tentu saja, banyak perlawanan dari masyarakat.
Muhammad (2015) Movie – Trailer/Behind scenes –
Film yang rencananya terdiri atas tujuh seri (termasuk sidekick dan
miniseri) tersebut juga digarap amat serius. Al-Noor bahkan merekrut
Barrie Osborne, produser Lord of the Rings, dalam jajaran dewan
pertimbangan.
Selain Osborne, ada nama-nama beken pemenang Oscar yang terlibat
dalam film Muhammad. Yakni, Vittorio Storaro, sinematografer Italia yang
memenangkan tiga piala Oscar. Selain itu, score film digarap A.R.
Rahman, pemenang dua Oscar dengan karya fenomenalnya, Slumdog
Millionaire.
Penunjukan tersebut berdasar pada tren larisnya film bertema
religius. Dalam perfilman mainstream, ternyata cukup banyak peminat
cerita berbalut agama. Buktinya, tahun lalu, Noah mampu menghasilkan USD
362,6 juta (setara Rp 5,1 triliun) dan Exodus: God and Kings mampu
meraup USD 268 juta (setara Rp 3,8 triliun).
Majid menegaskan bahwa proses penggarapan amat open minded. “Film ini
bukan khotbah agama. Kami membuat film yang edukatif dan menarik. Itu
saja,” paparnya. Melalui film ini pula, dirinya berharap Islam tidak
lagi dipandang miring oleh warga dunia, terutama penduduk Barat. (Mahdi-News/ABNS)
Syrian army and Hezbollah resistance fighters advanced further in
Zabadani city in Damascus countryside. They progressed in Al-Mahatta
neighborhood, east of Zabadani, and took control of several blocks near
the Imam Ali (AS)mosque.
Following are exclusive footages of the Syrian army-Hezbollah progress in Zabadani.
Hezbollah fighters and the Syrian national military are engaged in a
wide-scale military campaign against the takfiri groups operating across
Syria. Cleansing operations included so far Arsal barrens, Qalamoun
region and Zabadani city.
Hezbollah Secretary General Sayyed Hasan Nasrallah pledged to
eliminate every terrorist group that threatens Lebanon's security, but
noted that the time period of the operation can be only determined by
commanders on the ground.
Syrian army and Hezbollah fighters took control of a strategic
neighborhood in Zabadani, tightening the grip on the Takfiri terrorists
in the city.
Military Media in the Lebanese resistance movement reported on Monday
that the allied forces were in full control of az-Zahra neighborhood
and the Western Neighborhood.
The area from Az-Zahra Castle Mosque to Barada Mosque, which lies west if Zabadani is liberated, Military Media said.
Seizing theses neighborhoods helps the allied forces to further
tighten grip on the Takfiri terrorists, since the area are densely
populated and contain many slams and narrow roads, sources told
al-Manar.
Meanwhile, the Military Media reported that five of Ahrar al-Sham
(Takfiri group fighting in Zabadani) militants handed themselves to the
allied force in Zabadani’s north.
The Syrian army and Hezbollah have been since July 4 engaged in the
battle of Zabadani, the last city under the control of terrorists in the
Qalamoun region on the Lebanese border.
The ongoing battle is part of a wider operation launched by the
Syrian forces and the resistance movement’s fighters on May 4, which has
reportedly driven militants out of more than 90 percent of the
territory in the mountainous region.
The video below is an exclusive footage that shows Hezbollah fighters
and the Syrian army soldiers advancing in az-Zahra neighborhood.
Rully Widyawati, seorang TKI asal Karanganyar, Jawa Tengah, tewas di
Singapura. Sejak Januari-November 2014, jumlah TKI tewas di Asia Pasifik
mencapai 71 orang, sementara di Timur Tengah 38 orang, Kamis
(5/2/2015).
Battle of Surabaya Official Trailer (Version Indonesia)
Film
Layar Lebar Animasi 2D Pertama Indonesia Battle of Surabaya
menceritakan petualangan MUSA, remaja tukang semir sepatu yg menjadi
kurir bagi pejuang arek2 Suroboyo & TKR dlm pertempuran dahsyat 10
November 1945 Surabaya.
Keterangan
Cerita dibuka dengan
visualisasi dahsyat dari pemboman kota Hiroshima oleh Sekutu yang
menandakan menyerahnya Jepang. "Indonesia merdeka, itu yang kudengar di
RRI, Jepang menyerah!!" kata Musa. Tetapi langit Surabaya kembali merah
dengan peristiwa Insiden Bendera dan kedatangan Sekutu yang ditumpangi
oleh Belanda. Belum lagi gangguan oleh beberapa kelompok pemuda Kipas
Hitam yang dilawan oleh Pemuda Republiken. Residen Sudirman, Gubernur
Suryo, Pak Moestopo, Bung Tomo dan tokoh-tokoh lain membangkitkan
semangat arek-arek Suroboyo & pemuda Indonesia bangkit melawan
penjajahan.
Cerita ini merupakan cerita adaptasi dari peristiwa
10 November 1945 di Surabaya. Selain tokoh-tokoh nyata, terdapat tokoh
fiktif yang sengaja dibuat untuk memperkuat pesan yang ingin
disampaikan. Pesan perang tentang semangat, cinta tanah air, dan
perdamaian.
BATTLE OF SURABAYA - There is no glory in war!
Garis Besar Alur
Film Animasi 2D Layar Lebar Pertama Indonesia.
Plot tahun 1945, Hiroshima, Jakarta, Surabaya.
Kisah spionase/tradisional kurir pertempuran Surabaya, 10 November 1945
Fakta Battle of Surabaya sedang menjadi perbincangan hangat dalam dunia perfilman Indonesia saat ini.
Film animasi yang digadang-gadang berdiri dengan standar
internasional ini ternyata hasil besutan sutradara ternama dari MSV
Pictures, Aryanto Kurniawan. Dengan membidik dua artis ternama Indonesia
sebagai dubber, yaitu Maudy Ayunda serta Reza Rahardian, membuat film
animasi Battle of Surabaya layak untuk ditonton.
Di balik produksi film animasi asli Indonesia ini, ternyata
menghadirkan beberapa fakta yang membuat kita harus bangga dengan adanya
film Battle of Surabaya.
Pasukan militer Yaman telah meluncurkan rudal Scud menargetkan Arab
Saudi, sebagai bagian dari serangan balasan atas operasi militer Saudi
yang mematikan terhadap Yaman.
Sumber media Arab melaporkan pada hari Rabu (26/8/15) bahwa rudal
balistik Scud menghantam pembangkit listrik Hamiyeh di Arab Jizan
Provinsi, menewaskan para prajurit yang menjaga fasilitas tersebut.
Tentara Yaman, didukung oleh Komite Rakyat juga meluncurkan 40 roket
melintasi perbatasan ke selatan Arab Saudi, menghantam gudang senjata
di Beryanin di Provinsi Najran.
Tentara, yang didukung oleh pasukan Komite Rakyat, juga menghancurkan
beberapa kendaraan militer, termasuk tank militer, di distrik al-Amood
dan al-Mam’ud Provinsi Jizan.
Pasukan tentara Yaman dan pasukan sekutunya juga menembakkan peluru
artileri ke sebuah pangkalan militer Arab Saudi di wilayah Hathirah
Jizan.
Komite Rakyat, yang mendukung pasukan tentara. (Foto: AFP)
Agresi tanpa henti
Pembom jet Arab Saudi terus sepanjang hari di Yaman pada hari Rabu.
Dalam serangan udara Rabu, jet Saudi menyerang provinsi Jawf, Hajjah, Sana’a, Sa’ada dan Ma’rib.
Serangan udara di Jawf menyerang sebuah daerah perumahan, menewaskan dan melukai beberapa orang.
Serangan udara lainnya menargetkan kota Abs di Hajjah Provinsi, kota Sanhan dan Bani Buhlul, di Sana’a Province.
Jet tempur Saudi
Di ibu kota, Sana’a, pesawat-pesawat tempur menargetkan daerah
pemukiman, meninggalkan beberapa korban. Serangan udara Saudi terhadap
sebuah klinik di provinsi Sa’ada juga menewaskan seorang dokter Yaman
dan melukai warga sipil.
Enam warga Yaman tewas dalam serangan udara Saudi di sebuah rumah di
distrik Razih di provinsi Sa’ada. Pesawat-pesawat tempur Saudi juga
meluncurkan dua serangan udara di distrik Baqim di Sa’ada.
Arab Saudi mulai agresi militer terhadap Yaman pada 26 Maret – tanpa
mandat PBB – dalam upaya untuk mengembalikan kedudukan mantan Presiden
Yaman, Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, sekutu setia Riyadh, dan untuk
melemahkan gerakan Houthi Ansarullah populer Yaman.
Menurut beberapa laporan, lebih dari 5.000 orang telah kehilangan
nyawanya sejak Arab Saudi melakukan agresi brutalnya terhadap Yaman lima
bulan yang lalu. []
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Setelah membawakan riwayat Abu Thalib menyusui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]:
Meluruskan Syaikh Khalid Al Wushabiy : Riwayat Syi’ah Tentang Abu Thalib Menyusui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]
Masih bersama Syaikh Khalid Al Wushabiy dan keanehannya. Biasanya memang sebagian ulama yang hobi membantah Syi’ah [sedikit atau banyak] sering terjatuh pada tadlis, talbis, khaththa’ dan mungkar. Diantaranya ada Syaikh Abdurrahman Dimasyiqqiyyah, Syaikh Adnan ‘Aruur, Syaikh Utsman Khamiis dan termasuklah Syaikh Khalid Al Wushabiy. Inilah contoh keanehan Syaikh Khalid Al Wushabiy.
Mohon maaf jika kami katakan dalam video di atas, Syaikh Khalid Al Wushabiy terlalu banyak bicara hal-hal yang tidak perlu. Dan memang hal ini bukan semata-mata kesalahan Syaikh Khalid, hal itu dipicu oleh komentar aneh lawan debat Syaikh dari pihak Syi’ah.
Penggalan video diatas membicarakan tentang riwayat Syi’ah dimana Abu Thalib menyusui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Riwayat yang benar-benar aneh dan menjadi santapan lezat bagi para pencela Syi’ah [baik dari kalangan ulama maupun pengikutnya]. Diskusi ilmiah tentang riwayat ini sebenarnya bisa berlangsung singkat saja tidak perlu banyak basa basi seperti dalam video di atas.
Pembahasan
Bicara soal riwayat maka pertama kali yang harus dibahas adalah validitas riwayat tersebut. Anehnya tidak ada satupun dari keduanya yang membahas validitas riwayat Syi’ah dimana Abu Thalib menyusui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Orang Syi’ah di atas malah sibuk melakukan pembelaan ala mukjizat dan macam-macam lah yang dengan mudah digoreng sampai garing oleh Syaikh Khalid.
Riwayat tersebut kedudukannya dhaif berdasarkan ilmu hadis mazhab Syi’ah. Tentu lain ceritanya jika kedua orang ini beranggapan bahwa riwayat yang ada dalam kitab Al Kafiy semuanya shahih. Tidak peduli sebanyak apapun ulama Syi’ah yang menganggap Al Kafiy semuanya shahih tetap saja faktanya banyak riwayat dhaif dalam kitab Al Kafiy. Menyatakan sebuah riwayat sebagai valid atau shahih itu ada standarnya, kalau cuma sekedar percaya katanya katanya ya apalah guna ada ilmu hadis.
al-kafiy-cover
al-kafiy
محمد بن يحيى، عن سعد بن عبدالله، عن إبراهيم بن محمد الثقفي، عن علي بن المعلى، عن أخيه محمد، عن درست بن أبي منصور، عن علي بن أبي حمزة عن أبي بصير، عن أبي عبدالله (عليه السلام) قال: لما ولد النبي (صلى الله عليه وآله) مكث أياما ليس له لبن، فألقاه أبوطالب على ثدي نفسه، فأنزل الله فيه لبنا فرضع منه أياما حتى وقع أبوطالب على حليمة السعدية فدفعه إليها
Muhammad bin Yahya dari Sa’d bin ‘Abdullah dari Ibrahiim bin Muhammad Ats Tsaqafiy dari ‘Aliy bin Mu’alla dari saudaranya Muhammad dari Durusta bin Abi Manshuur dari ‘Aliy bin Abi Hamzah dari Abi Bashiir dari Abi ‘Abdillah [‘alaihis salaam] yang berkata ketika Nabi [shallallahu ‘alaihi wa ‘aalihi] lahir selama beberapa hari tidak ada yang menyusuinya maka Abu Thalib meletakkan Nabi pada dadanya dan Allah menjadikan susu didalamnya maka Nabi menyusu darinya selama beberapa hari sampai Abu Thalib menemui Halimatul Sa’diyah dan menyerahkan Nabi kepadanya [untuk disusui] [Ushul Al Kafiy Al Kulainiy 1/284 no 27]
al-majlisi-mirat-uqul-juz-5
al-majlisi-mirat-uqul-juz-5-hal-252
Al Majlisiy dalam kitab Mir’atul ‘Uquul 5/252 no 27 berkata tentang hadis ini “dhaif”. Dan pernyataan ini benar sesuai dengan kaidah ilmu hadis dalam mazhab Syi’ah
Setidaknya ada tiga perawi yang bermasalah dalam riwayat di atas yaitu:
1. ‘Aliy bin Mu’alla ia adalah perawi majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 414]
2. Muhammad bin Mu’alla saudaranya juga perawi majhul [Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 579]
3. ‘Aliy bin Abi Hamzah Al Bathaa’iniy adalah seorang pendusta [Rijal Al Kasyiy hal 338 no 235]
Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 414:
al-mufid-aliy-bin-mualla
Al Mufiid Min Mu’jam Rijal Al Hadiits hal 579:
al-mufid-muhammad-bin-mualla
Rijal Al Kasyiy hal 338 no 235:
rijal-al-kasyiy-aliy-bin-abi-hamzah
Riwayat Al Kasyiy di atas shahih, Muhammad bin Mas’ud termasuk guru Al Kasyiy dan ia seorang yang tsiqat shaduq [Rijal An Najasyiy hal 350 no 944]. Aliy bin Hasan bin Fadhl gurunya juga seorang yang tsiqat [Al Fahrasat Syaikh Ath Thuusiy hal 156].
Jadi apa perlunya sibuk berkomentar begini begitu, kedudukan riwayat tersebut dhaif. Tidak ada gunanya menjadikan riwayat ini sebagai bahan celaan atas mazhab Syi’ah. Karena jika hal yang sama dilakukan terhadap mazhab ahlus sunnah [yaitu menjadikan riwayat dhaif sebagai celaan atas ahlus sunnah] maka ulama-ulama ahlus sunnah tersebut akan meradang dan menuduh orang syi’ah melakukan talbis dan dusta.
Sekali lagi inilah Syaikh Khalid Al Wushabiy kebanggaan si pencela Syi’ah Muhammad Abdurrahman Al ‘Amiriy. Masih banyak keanehan-keanehan dari Syaikh ini yang insya Allah jika kami diberikan kemudahan akan dibahas di lain kesempatan.
Seperti biasa jika ada diantara pembaca yang biasanya malas berpikir tetapi mudah naik emosinya maka kami katakan tidak ada disini kami membela orang Syi’ah yang berdebat dengan Syaikh Khalid di atas. Menurut kami orang Syi’ah tersebut juga sama anehnya tetapi sayangnya tidak ada bahasan ilmiah yang bisa dibahas dari keanehannya. Bahkan ia sendiri bukan ulama Syi’ah yang dikenal keilmuannya. Berbeda dengan Syaikh Khalid Al Wushabiy yang bergaya ilmiah membawa kitab-kitab berbicara atas mazhab Syi’ah begini begitu maka banyak pembahasan yang bisa ditampilkan dari keanehannya.
Catatan Tidak Penting:
Yah kita dapat memaklumi mengapa di dunia maya banyak bermunculan orang-orang bermental pembuat talbis dan dusta [atas mazhab Syi’ah] seperti Al Amiriy, Jaser Leonheart dan Abul Jauzaa’. Lha ulama-ulamanya saja menampakkan banyak keanehan dalam membahas mazhab Syi’ah apalagi para cecunguk dan recehannya. Prinsipnya adalah jangan mudah percaya kepada ulama atau pengikut suatu mazhab yang merendahkan mazhab lain. Buktikan sendiri dengan dalil dan hujjah maka akan nampak mana kebenaran dan mana kedustaan.
Sebagian orang awam ahlus sunnah di dunia maya ini kalau berbicara tentang Syi’ah cuma sekedar lata ikut-ikutan, ilmu tidak seberapa tetapi emosi setinggi langit. Sedikit-sedikit bilang “kafir” atau “halal darahnya” dan tidak jarang mulut mereka seperti kebun binatang. Begitu pula sebagian orang awam syi’ah di dunia maya kalau berbicara tentang ahlus sunnah juga sekedar lata kopipaste berbagai referensi yang tidak pernah ia baca sendiri sehingga tidak jarang jatuh dalam kedustaan karena kejahilannya. Dan ada juga diantara orang awam Syi’ah tersebut yang suka mengeluarkan berbagai nama binatang dari lisannya.
Orang-orang seperti mereka justru suka dengan tulisan-tulisan kotor yang berisi fitnah dan takfir seperti lalat yang berkerumun ditempat-tempat kotor. Sebaliknya mereka malah benci dengan tulisan yang mengajak kepada hujjah dan kebenaran bahkan mereka menuduhnya fitnah dan dusta. Lihatlah fitnah dan dusta mereka anggap kebenaran sedangkan kebenaran malah mereka anggap fitnah dan dusta. Penyakit mereka ini susah disembuhkan hanya petunjuk Allah SWT yang bisa menghilangkannya.
Awal mula penyakit orang-orang seperti mereka ini adalah kebodohan dan mudah percaya. Sungguh menyedihkan, mau jadi apa mereka, memalukan sekali mereka mengaku-ngaku islam tetapi hakikatnya jiwa mereka jauh dari islam. Islam itu menjunjung tinggi kebenaran dan berakhlak mulia bukan seperti troll yang berakal kerdil dan berlisan kotor. Mereka ini tidak sadar bahwa orang-orang seperti mereka inilah yang menjadi pemicu konflik dan perpecahan yang bisa berakibat fatal.
Kami paling anti dengan orang-orang seperti ini dan berbagai tulisan kami disini adalah sedikit usaha untuk mengajak siapapun agar tidak menjadi seperti mereka dan kalau ingin berbicara tentang mazhab lain mari berbicara dengan dasar ilmu dan menjunjung tinggi kebenaran. Jadilah orang awam yang berpegang pada islam yaitu dengan berpegang pada kebenaran dan berakhlak mulia. Jangan jadikan ini sekedar slogan, ingat peganglah kebenaran dengan membuktikannya sendiri dan tunjukkanlah akhlak mulia secara nyata bukan sekedar membicarakannya sebagai wacana.
_________________________
yang telah kami buktikan kedhaifannya maka kali ini Syaikh Khalid
membawakan syubhat baru yaitu riwayat menyusui orang dewasa dalam kitab
Syi’ah. Silakan perhatikan video berikut:
Dalam video di atas, Syaikh membawakan riwayat dalam kitab Wasa’il Syi’ah yang menurut Syaikh, menunjukkan dibolehkan menyusui orang dewasa dalam mazhab Syi’ah. Mari dilihat dulu riwayat yang dimaksud:
wasail-syiah
محمد بن الحسن بإسناده ، عن محمد بن الحسن الصفار ، عن أحمد بن الحسن بن علي بن فضال ، عن ابن أبي عمير ، عن جميل بن دراج ، عن أبي عبدالله ( عليه السلام ) قال : إذا رضع الرجل من لبن امرأة حرم عليه كل شيء من ولدها ، وإن كان من غير الرجل الذي كانت أرضعته بلبنه ، وإذا رضع من لبن رجل حرم عليه كل شيء من ولده ، وإن كان من غير المرأة التي أرضعته
Muhammad bin Hasan dengan sanadnya dari Muhammad bin Hasan Ash Shaffaar dari Ahmad bin Hasan bin ‘Aliy bin Fadhl dari Ibnu Abi ‘Umair dari Jamiil bin Daraaj dari Abi Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata “Jika seorang laki-laki menyusu dengan susu wanita maka haram atasnya semua anak dari wanita tersebut walaupun [anak-anak wanita itu] bukan dari suami yang sekarang bersama wanita yang menyusui tersebut. Dan jika ia menyusu dengan susu laki-laki [laban rajul] maka haram atasnya semua anak dari laki-laki itu walaupun [anak dari laki-laki itu] bukan dari wanita yang menyusuinya [Wasa’il Syii’ah 20/403-404 no 25941].
Syaikh Khalid membawakan dua syubhat atas mazhab Syi’ah mengenai riwayat di atas yaitu:
1. Syaikh Khalid menyatakan bahwa riwayat tersebut menunjukkan kebolehan menyusui orang dewasa karena lafaz yang digunakan adalah “idzaa radha’a ar rajul”. Menurut Syaikh lafaz Ar Rajul bermakna orang dewasa.
2. Syaikh Khalid menegaskan kembali dalam mazhab Syi’ah adanya orang yang menyusu kepada laki-laki [seperti riwayat Abu Thalib menyusui Nabi] berdasarkan lafaz “laban rajul”
Berikut akan dibahas secara singkat talbis [penipuan] Syaikh Khalid dengan riwayat dalam kitab Wasa’il Syi’ah di atas.
Pembahasan Syubhat Pertama:
Riwayat yang disebutkan Syaikh Khalid dari kitab Wasa’il Syi’ah tersebut sebenarnya bersumber dari riwayat Syaikh Ath Thuusiy dalam kitabnya Al Istibshaar 3/280 no 728 dan Tahdziib Al Ahkaam 7/331-332 no 33. Al Majlisiy dalam Malaadz Al Ahyaar 12/164-165 hadis no 33 berkata “muwatstsaq”.
Memang benar bahwa lafaz “Ar Rajul” bisa bermakna orang dewasa tetapi lafaz “Ar Rajul” bisa bermakna umum yaitu laki-laki terlepas berapapun umurnya bahkan bisa juga dikatakan untuk anak laki-laki yang baru lahir. Hal ini telah dikenal dikalangan ahli lughah [ahli bahasa arab]. Diantaranya adalah Ibnu Manzhuur dalam Lisan Al Arab:
lisan-al-arab-cover
lisan-al-arab
الرَّجُل معروف الذكرُ من نوع الإِنسان خلاف المرأَة وقيل إِنما يكون رَجلاً فوق الغلام وذلك إِذا احتلم وشَبَّ وقيل هو رَجُل ساعة تَلِدُه أُمُّه إِلى ما بعد ذلك
Ar Rajuul dikenal sebagai laki-laki dari jenis manusia lawan dari wanita, dan dikatakan sesungguhnya itu hanyalah laki-laki di atas usia anak-anak jika sudah mengalami ihtilam [mimpi basah], dan dikatakan pula itu adalah laki-laki yang baru saja dilahirkan ibunya hingga setelahnya [Lisan Al Arab 11/265].
Fairuzabaadiy dalam kitabnya Al Qaamuus Al Muhiith berkata tentang makna kata Ar Rajul:
qamus-al-muhiith-cover
qamus-al-muhiith
وإنما هو إذا احتلم وشب ، أو هو رجل ساعة يولد
Dan sesungguhnya ia adalah anak muda yang sudah mengalami ihtilam [mimpi basah] atau ia adalah anak laki-laki yang baru saja lahir [Al Qaamuus Al Muhiith hal 1003].
Untuk mengetahui lebih tepat makna Ar Rajul dalam riwayat yang dikutip Syaikh Khalid di atas maka perhatikan dengan baik riwayat Syi’ah berikut:
al-kafiy-riwayat-susuan
علي بن إبراهيم، عن أبيه، عن ابن أبي عمير، عن حماد، عن الحلبي، عن أبي عبد الله (عليه السلام) قال: لا رضاع بعد فطام
‘Aliy bin Ibrahim dari Ayahnya dari Ibnu Abi ‘Umair dari Hammaad dari Al Halabiy dari Abu ‘Abdullah [‘alaihis salaam] yang berkata “tidak ada penyusuan setelah masuk masa penyapihan” [Al Kaafiy Al Kulainiy 5/267 no 1].
Riwayat Al Kaafiy diatas sanadnya shahih sesuai dengan standar ilmu hadis dalam mazhab Syi’ah. Berikut keterangan para perawinya.
1. Aliy bin Ibrahim bin Haasyim, tsiqat dalam hadis, tsabit, mu’tamad, shahih mazhabnya [Rijal An Najasyiy hal 260 no 680].
2. Ibrahim bin Haasyim Al Qummiy seorang yang tsiqat jaliil. Ibnu Thawus pernah menyatakan hadis yang dalam sanadnya ada Ibrahim bin Haasyim bahwa para perawinya disepakati tsiqat [Al Mustadrakat Ilm Rijal Al Hadis, Asy Syahruudiy 1/222]
3. Muhammad bin Abi Umair, ia termasuk orang yang paling terpercaya baik di kalangan khusus [Syi’ah] maupun kalangan umum [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 218]
4. Hammaad bin Utsman seorang yang tsiqat jaliil qadr [Al Fahrasat Ath Thuusiy hal 115]
5. Ubaidillah bin Aliy Al Halabiy adalah seorang yang tsiqat [Rijal An Najasyiy hal 230-231 no 612]
Dengan kata lain dalam mazhab Syi’ah telah shahih bahwa penyusuan hanya mengakibatkan mahram jika dilakukan pada usia dua tahun pertama sebelum penyapihan. Syaikh Ath Thuusiy berkata:
الرضاع إنما ينشر الحرمة إذا كان المولود صغيرا، فأما إن كان كبيرا فلو ارتضع المدة الطويلة لم ينشر الحرمة. وبه قال عمر بن الخطاب، وابن عمر، وابن عباس، وابن مسعود، وهو قول جميع الفقهاء أبو حنيفة وأصحابه، والشافعي، ومالك وغيرهم وقالت عائشة: رضاع الكبير يحرم كما يحرم رضاع الصغير، وبه قال أهل الظاهر دليلنا: إجماع الفرقة وأخبارهم
Menyusui hanya menyebabkan keharaman untuk dinikahi jika dilakukan pada bayi yang masih kecil, adapun jika sudah besar maka walaupun menyusui dalam waktu yang lama tetap tidak menyebabkan keharaman untuk dinikahi. Umar bin Khaththab, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbaas, Ibnu Mas’ud juga berpendapat seperti ini. Dan ini juga pendapat banyak fuqaha yaitu Abu Hanifah dan sahabatnya, Syaafi’iy, Malik dan selain mereka. Aisyah mengatakan kalau menyusui orang yang sudah besar menyebabkan keharaman sama seperti menyusui anak kecil, dan hal ini juga dikatakan oleh ahli dzahir. Dalil kita [mazhab Syi’ah] dalam masalah ini adalah ijma’ firqah [mazhab Syi’ah] dan riwayat-riwayatnya [Kitab Al Khilaaf Syaikh Ath Thuusiy 5/98].
Maka makna Ar Rajul yang lebih tepat dalam riwayat yang dikutip Syaikh Khalid adalah anak laki-laki yang baru lahir bukan orang dewasa. Tentu lain ceritanya jika dalam riwayat tersebut terdapat qarinah yang menguatkan lafaz Ar Rajul bermakna orang dewasa seperti lafaz kabiir atau yang lainnya. Kenyataannya tidak ada keterangan yang menguatkan klaim Syaikh Khalid bahwa Ar Rajul dalam riwayat itu yang menunjukkan makna orang dewasa. Hal ini hanyalah talbis Syaikh Khalid terhadap riwayat tersebut.
Pembahasan Syubhat Kedua:
Dalam riwayat yang dikutip Syaikh Khalid tersebut terdapat lafaz “idzaa radha’a min laban rajul” yang artinya “jika ia menyusu dari susu laki-laki”. Dengan lafaz ini Syaikh Khalid mengaitkannya dengan riwayat Abu Thalib menyusui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] seolah ingin menegaskan bahwa laki-laki menyusu dari laki-laki adalah hal yang ma’ruf dalam mazhab Syi’ah.
Seandainya yang membaca riwayat ini adalah orang awam yang tidak pernah belajar secara mendalam mengenai ilmu fiqih dan istilah-istilah yang berkaitan dengannya maka wajar jika mereka keliru memahami lafaz “laban rajul”. Tetapi yang aneh disini adalah seorang ulama seperti Syaikh Khalid menampakkan diri seperti orang awam.
Lafaz laban rajul itu bukanlah bermakna zhahir laki-laki menyusu dari laki-laki. Hakikatnya ia tetap menyusu dari seorang wanita hanya saja lafaz ini dinisbatkan pada suami wanita tersebut sebagai laki-laki yang menyebabkan wanita tersebut hamil dan akhirnya menghasilkan air susu. Seolah-olah laki-laki tersebut [suami] menjadi sebab bagi adanya air susu wanita [istri]. Istilah laban rajul ini lebih dikenal dengan sebutan laban fahl. Syaikh Ath Thuusiy dalam kitabnya Al Istibshaar memasukkan riwayat tersebut dalam bab tentang laban fahl [Al Istibshaar Syaikh Ath Thuusiy 3/278 bab no 126].
Dan sebenarnya dalam riwayat tersebut terdapat qarinah yang menguatkan makna laban rajul itu adalah laban fahl:
وإذا رضع من لبن رجل حرم عليه كل شيء من ولده ، وإن كان من غير المرأة التي أرضعته
Dan jika ia menyusu dengan susu laki-laki [laban rajul] maka haram atasnya semua anak-anak dari laki-laki itu walaupun [anak dari laki-laki itu] bukan dari wanita yang menyusuinya.
Perhatikan lafaz terakhir “almar’atillati ardha’athu” yang artinya wanita yang menyusuinya. Lafaz ini menunjukkan bahwa maksud menyusu dari laban rajul itu hakikatnya tetap disusui oleh seorang wanita. Bagaimana mungkin Syaikh Khalid bisa luput dari apa yang tertulis dalam kitab Wasa’il Syi’ah dimana riwayat tersebut terdapat dalam bab:
wasail-syiah (2)
باب انه لا يحل للمرتضع اولاد المرضعة نسبا ولا رضاعا مع اتحاد الفحل ولا أولاد الفحل مطلقا
Bab bahwasanya tidak halal bagi orang yang disusui anak keturunan yang lahir dari wanita yang menyusuinya, tidak pula anak susuannya dan fahl [suami wanita menyusui] dan tidak pula anak keturunan dari fahl [suami wanita menyusui] secara mutlak [Wasa’il Syii’ah 20/403 bab 15].
Jadi tidak diragukan lagi bahwa yang dimaksud dalam riwayat Wasa’il Syii’ah yang dikutip Syaikh Khalid adalah laban rajul tersebut atau laban fahl hakikatnya tetap menyusu kepada wanita bukan kepada laki-laki.
Perkara ini tidak hanya ada dalam kitab mazhab Syi’ah bahkan hal ini dikenal dalam kitab-kitab mazhab Ahlus Sunnah. Ibnu Qudamah pernah menyebutkan dalam kitabnya Al Mughniy mengenai wanita yang diharamkan untuk dinikahi, ia berkata
al-mughniy-cover
al-mughniy
كل امرأة أرضعتك أمها أو أرضعتها أمك أو أرضعتك وإياها امرأة واحدة أو ارتضعت أنت وهي من لبن رجل واحد, كرجل له امرأتان لهما لبن أرضعتك إحداهما وأرضعتها الأخرى
Semua wanita dimana ibunya menyusuimu atau ibumu menyusuinya atau wanita itu menyusuimu atau engkau dan dia menyusu dari susu laki-laki [laban rajul] yang sama, misalnya seorang laki-laki mempunyai dua istri yang sedang menyusui, salah satu menyusuimu sedangkan yang lain menyusuinya [Al Mughniy Ibnu Qudamah 9/515].
Silakan perhatikan, Ibnu Qudamah menjelaskan dengan contoh bahwa yang dimaksud laban rajul tetaplah hakikatnya menyusu pada wanita tetapi laban [susu] tersebut dinisbatkan kepada sang suami. Contoh lebih jelas ada dalam riwayat Shahih Bukhariy berikut:
Telah menceritakan kepada kami Adam yang berkata telah menceritakan kepada kami Syu’bah yang berkata telah mengabarkan kepada kami Al Hakam dari ‘Iraak bin Maalik dari ‘Urwah bin Zubair dari ‘Aaisyah [radiallahu ‘anha] yang berkata “Aflah meminta izin kepadaku tetapi aku tidak mengizinkannya, maka ia berkata “apakah engkau menghindariku padahal aku adalah pamanmu?”. Maka aku berkata “bagaimana bisa begitu?”. Ia berkata “istri saudaraku telah menyusuimu dengan susu saudaraku”. Maka aku berkata “aku menanyakan hal itu kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]”. Beliau berkata “Aflah benar maka izinkanlah ia” [Shahih Bukhariy no 2644]
Lafaz “istri saudaraku menyusuimu dengan susu saudaraku” yang dibenarkan oleh Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] adalah dalil akan adanya laban rajul atau laban fahl dan hakikatnya itu tetap menyusu kepada wanita walaupun susu tersebut dinisbatkan pada laki-laki [suami wanita tersebut]. Biasanya istilah ini dipakai ketika membahas mahram terkait dengan keluarga dari pihak suami wanita yang menyusui.
Kesimpulannya disini adalah ketika Syaikh Khalid mengaitkan “laban rajul” dengan riwayat Abu Thalib menyusui Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] maka ia telah melakukan talbis untuk mengelabui orang awam yang tidak paham dengan hakikat riwayat tersebut.
Catatan Tidak Penting:
Betapa menyedihkan ketika melihat ulama melakukan talbis demi membela mazhabnya dan merendahkan mazhab yang dibencinya. Apa yang diharapkan dari pengikutnya jika ulama panutannya saja seperti itu?. Maka wajarlah banyak orang awam yang memfitnah mazhab Syi’ah begini dan begitu karena ulama panutan merekapun ternyata melakukan talbis.
Sudah menjadi sifat dasar sebagian orang-orang awam untuk mempercayai perkataan dan hujjah para ulama. Mereka tidak punya banyak waktu dan kesadaran mempertanyakan ulama tersebut. Jangankan sekedar ragu, bahkan setelah ditunjukkan talbis ulama tersebut mereka malah menuduh itu sebagai fitnah. Seperti biasa orang-orang awam tipe begini paling ahli dalam mendustakan kebenaran dan membenarkan kedustaan. Inilah penyakit yang menjadi sumber perpecahan diantara kaum muslimin.
Jangan dikira masalah seperti ini hanya terjadi di kalangan awam ahlus sunnah, cukup sering ditemukan hal yang sama di kalangan awam Syi’ah. Ambil contoh saja terkait dengan tema “menyusui orang dewasa” di atas. Ada orang-orang awam Syi’ah yang menjadikan riwayat shahih dari Aisyah [radiallahu ‘anha] sebagai bahan celaan karena Beliau meyakini menyusui orang dewasa menyebabkan mahram. Kami menangkap adanya unsur fitnah disini ketika ada orang awam syi’ah yang punya lisan buruk merendahkan Aisyah [radiallahu ‘anha] seolah-olah mengizinkan orang dewasa menyusu langsung kepada wanita.
Bagaimana mungkin bisa dipahami seperti itu?. Memang dalam riwayat shahih tersebut tidak ada keterangan bagaimana cara menyusui orang dewasa, jadi prinsip prasangka baik dan syariat umum dipakai dalam masalah ini. Sangat mudah untuk memahami bahwa penyusuan itu terjadi secara tidak langsung dimana air susu ditempatkan dalam wadah tertentu kemudian diberikan kepada orang yang dimaksud. Dan memang itulah yang dijelaskan oleh sebagian ulama ahlus sunnah. Begitulah nasib orang awam ketika ia membahas mazhab lain yang ia benci maka nafsunya yang berbicara. Apalagi kalau memang tabiatnya buruk atau mulutnya lebih besar dari kepalanya maka dengan mudah unsur fitnah tersebut menyesatkan dirinya.
Lihatlah wahai orang-orang yang ingin menggunakan akalnya, sumber masalah disini adalah penyakit awamisme dengan racikan kebodohan dan “mudah percaya” serta dibumbui dengan kebencian yang disajikan atas dasar “membela agama”. Sebagian orang awam itu sangat bersemangat membela agama tetapi semangat tersebut kalau hanya bercampur dengan awamisme akan menimbulkan kerusakan dan perpecahan. Celakanya lagi penyakit ini mudah menular apalagi jika orang-orang awam sekarang semakin aktif eksis di dunia maya.
Kami tidak punya urusan dengan orang-orang yang sudah mengidap penyakit awamisme ini, tidak ada yang bisa dilakukan untuk mereka. Kami hanya bisa membantu orang-orang awam yang belum terjangkit agar tidak menderita penyakit ini. Siapapun anda dan mazhab anda jika anda ingin berbicara mengenai mazhab lain yang tidak anda kenal maka perhatikanlah panduan pasal berikut:
Kalau anda adalah orang awam maka bersikaplah seperti orang awam yaitu suka “tidak tahu” atau “tidak mau tahu”. Nah anda tidak perlu “sok tahu”
bicara atas nama agama atau membela agama untuk merendahkan mazhab
lain. Jaga lisan anda lebih baik diam daripada salah bicara. Cukuplah
sudah ada orang yang lebih ahli yang berkecimpung ke dunia permazhaban
ini. Jika orang-orang ahli ini tersesat maka mereka sendiri yang
menderita, anda tidak perlu ikut-ikutan. Dan tidak perlu percaya
siapapun yang mengoceh tentang mazhab lain yang tidak anda kenal. Anda
cukup tahun “islam saja” dan sibuklah dengan keseharian anda.
Kalau anda orang awam dan berminat untuk tahu maka pertama yang harus anda tekankan adalah “tidak mudah percaya”
siapapun baik teman baik, orang yang anda anggap berilmu, ustadz, atau
bahkan ulama panutan anda. Mengapa?. Karena sentimen mazhab itu bisa
menjangkiti siapa saja bahkan ulama sekalipun. Tulisan diatas dan
tulisan-tulisan lain sebelumnya adalah contoh nyata ada ulama yang bisa
menjadi begitu anehnya ketika berbicara tentang mazhab lain.
Selanjutnya buktikan sendiri apa yang anda dapat dari ustadz atau ulama panutan anda
tentang mazhab lain. Jika mereka berbicara atas dasar “katanya katanya”
maka tinggalkan. Menghukum mazhab lain atas dasar “katanya katanya”
adalah suatu bentuk kezaliman. Jika mereka berbicara dengan hujjah maka
periksalah hujjah mereka. Dunia maya ini selain menyebalkan juga
memudahkan bagi para penuntut ilmu. Ada ribuan kitab gratis dari
berbagai mazhab yang ada di dunia maya ini. Bisa langsung anda download
dan anda baca kitab mazhab yang anda inginkan.
Jika anda punya masalah dengan “bahasa” sehingga merasa tidak mampu
membaca kitab untuk memeriksa hujjah ustadz atau ulama panutan anda maka
kembalilah ke pasal satu. Atau ya hilangkan dulu masalah “bahasa” yang
anda derita baru kembali ke pasal tiga.
Setelah anda memiliki kitab mazhab yang ingin anda teliti maka
pelajarilah dengan objektif. Ingat suatu mazhab itu memiliki dasar-dasar
dimana mazhab itu berdiri. Mazhab adalah bangunan yang memiliki dasar,
dinding, tiang penyangga dan atap tempat bernaung. Camkanlah anda tidak
bisa begitu saja langsung comot halaman ini halaman itu tanpa memiliki
dasar ilmu mazhab tersebut. Dengan ilmu ini anda bisa tahu apa yang shahih dan yang tidak dari mazhab tersebut serta mencegah dari salah memahami apa yang anda baca.
Secara beriringan selagi anda mempelajari dasar-dasar ilmu mazhab
tersebut, anda bisa memeriksa hujjah ustadz atau ulama panutan anda yang
mencela mazhab tersebut.
Jika mereka berhujjah dengan riwayat maka periksalah apakah riwayat
itu shahih atau mu’tabar di sisi mazhab tersebut. Jika shahih maka
periksalah apakah ada riwayat-riwayat shahih lain yang bertentangan
dengan riwayat tersebut. Dan jangan lupa periksalah bagaimana para ulama
mazhab tersebut menafsirkan atau memberikan penjelasan tentang riwayat
yang sedang anda periksa. Kemudian timbanglah perkataan para ulama atas
riwayat tersebut dengan akal sehat.
Jika mereka berhujjah dengan qaul ulama mazhab tersebut maka
periksalah kebenaran penukilan mereka. Jika benar penukilan mereka
selanjutnya camkanlah ini, tidak ada ulama yang pasti benar maka
periksalah qaul ulama tersebut berdiri atas dasar apa. Jika anda
memiliki dasar-dasar ilmu mazhab tersebut anda bisa menilai sejauh mana
kekuatan hujjah qaul ulama tersebut. Selain itu periksalah apakah ada
ulama lain dalam mazhab tersebut yang memiliki pendapat yang berbeda.
Ingatlah qaul seorang atau beberapa ulama tidak bisa dinisbatkan secara
langsung atas mazhab tersebut.
Jika anda telah membuktikan kebenaran riwayat atau qaul ulama yang dijadikan hujjah ustadz atau ulama panutan anda
dalam mencela mazhab tersebut maka jangan terburu-buru carilah padanan
riwayat dan qaul ulama yang sama atau hampir sama dalam mazhab yang anda
anut. Sungguh memalukan bukan jika anda mencela apa yang sebenarnya
juga ada pada mazhab anda.
Masing-masing mazhab itu memiliki perbedaan dan setelah anda melewati pasal sembilan ternyata anda menemukan adanya pandangan yang berbeda pada mazhab tersebut [dengan apa yang anda anut]
maka periksalah perbedaan itu. Apakah perbedaan yang anda temukan itu
mengeluarkan mazhab tersebut dari islam atau tidak?. Ingatlah menyatakan
suatu hal yang berbeda sebagai keluar dari islam tidak bisa hanya
bersandar pada qaul ulama, anda harus bersandar pada dalil yang jelas di
sisi mazhab anda. Perkataan ulama mazhab tertentu yang mencela bahkan
mengkafirkan mazhab lain itu sangat rentan biasnya.
Dalil yang dimaksud di sisi mazhab anda adalah dalil shahih sesuai
dengan dasar-dasar ilmu dimana mazhab anda berdiri. Jika anda belum
mengetahuinya maka pelajarilah. Sungguh aneh sekali jika anda mengetahui
dasar-dasar ilmu mazhab lain tetapi tidak paham dasar-dasar ilmu mazhab
yang anda anut.
Jika anda tidak menemukan dalil di sisi mazhab anda yang
mengeluarkan perbedaan itu dari islam maka terimalah perbedaan itu
sebagai hal yang khusus bagi mazhab tersebut.
Jika anda menemukan dalil di sisi mazhab anda yang mengeluarkan
perbedaan itu dari islam maka simpanlah itu untuk diri anda, yakinkan
diri anda bahwa mazhab itu sesat tetapi ingatlah jalan-jalan yang anda
lalui hingga mencapai kesimpulan tersebut. Anda berdiri pada mazhab yang
anda anut sama seperti mereka para penganut mazhab tersebut berdiri
pada mazhab yang mereka anut. Jika anda dilahirkan di mazhab yang anda
anut maka ingatlah ada pula orang-orang yang dilahirkan di mazhab
tersebut. Berikan uzur pada mereka dan doakanlah agar mereka diberikan
petunjuk kebenaran oleh Allah SWT.
Terakhir, perlukah anda membuat deklarasi mencela dan mengkafirkan
mazhab tersebut?. Jawabannya tidak perlu karena hal itu hanya akan
memancing perpecahan dan kerusakan. Jika anda ingin berbagi hasil
kesimpulan pembelajaran anda maka itu sangat diperbolehkan maka silakan
buat tulisan dan kami yakin pada tahap ini tulisan anda akan sangat
bernilai tidak seperti tulisan para pencela yang hanya bisa asal comot
penggal sana sini dan mengandung banyak syubhat dan talbis atas mazhab
tersebut.
Kalau ada yang menganggap jalan ini terlalu rumit maka tidak ada yang memaksa siapapun untuk melalui jalan ini. Ingatlah selalu pasal pertama, jadilah orang awam yang baik yaitu orang awam yang selalu “tidak tahu” atau “tidak mau tahu” dan “tidak mudah percaya”, yang selalu sibuk dengan hal-hal keseharian, yang beragama cukup untuk dirinya agar bisa beribadah dengan baik. Jangan pernah memasuki daerah mazhab lain dimana anda bisa tersesat baik karena tersesat dengan mudahnya mengikuti mazhab lain atau tersesat dengan mudahnya mencela dan mengkafirkan mazhab lain.
Satu hal lagi tidak ada masalah berteman dengan penganut mazhab lain bahkan orang kafir sekalipun. Selagi anda menjadi “orang awam baik” yang kami katakan maka jangan khawatir tersesat. Lha kalau anda selalu “tidak mau tahu” dan “tidak mudah percaya” maka bagaimana anda bisa tersesat. Dan jika anda mulai merasa ingin percaya atau ingin tahu maka laluilah jalan yang kami jelaskan tadi yaitu pindah dari pasal pertama lanjut ke pasal dua. Kalau memang malas ya tidak usah repot-repot silakan bernyaman-nyamanlah di zona pasal pertama.
Orang di zona pasal pertama ini bisa dibilang “terselamatkan”. Mereka adalah orang islam yang “tanpa mereka sadari” menjaga lisannya dari mencela dan mengkafirkan mazhab lain. Yah paling tidak begitulah kesan yang kami tangkap maklumlah kami tidak tinggal lama di zona ini karena zona nyaman ini agak terasa kurang nyaman di sisi kami dan gak pas di hati, apalagi dengan tingkat keresahan dan kegalauan kami yang begitu tinggi *halah sombongnya*. Akhir kata sebelum kami menyombongkan kerendahan hati kami [kontradiktif] kami cukupkan saja tulisan ini. Semoga kurang bermanfaat dan bisa dijadikan lebih bermanfaat.
Pasukan Suriah di daerah di wilayah Sahl al-Ghab di Provinsi Hama, 7 Juni 2015 (Foto: AFP)
Pasukan pemerintah Suriah telah berhasil merebut
kembali kendali beberapa daerah di provinsi Hama di barat Suriah, Press
TV melaporkan.
Daerah yang direbut kembali meliputi kota Qastoun dan sejumlah bukit
di dekatnya. Sebelumnya bentrokan sengit terjadi antara militan Takfiri
dari kelompok teroris Front al-Nusra al-Qaeda di daerah tersebut.
Bentrokan yang dimulai pekan lalu ketika pasukan tentara Suriah yang
didukung oleh para pejuang gerakan perlawanan Libanon Hizbullah mulai
mendorong kembali militan yang telah merebut belasan puncak bukit
strategis dan posisi lain, termasuk pembangkit listrik.
“Kami akan terus maju untuk merebut kembali semua daerah yang
dikuasai mereka pekan ini. Sekarang kami memiliki bala bantuan dan kami
tidak akan berhenti di sini, “kata seorang tentara Suriah kepada Press
TV.
Bentrokan sengit terjadi antara militan dan unit tentara dengan serangan roket dan rudal dari kedua belah pihak.
“Kami mulai menyerang dengan cepat sebelum para teroris itu membentengi posisinya,” tambah tentara Suriah.
Ia mengatakan tentaranya mengambil langkah-langkah defensif untuk
“menggagalkan setiap serangan lebih lanjut terutama pada situs penting
seperti jalan raya dan pembangkit listrik.”
Suriah telah memerangi militansi yang didukung asing selama empat
tahun terakhir. Konflik ini dilaporkan telah menewaskan sekitar 230.000
orang sejauh ini, termasuk hampir 11.500 anak-anak. []
Pasukan pemerintah Suriah telah berhasil merebut kembali kendali
beberapa daerah di provinsi Hama di barat Suriah, Press TV melaporkan.
Daerah yang direbut kembali meliputi kota Qastoun dan sejumlah bukit
di dekatnya. Sebelumnya bentrokan sengit terjadi antara militan Takfiri
dari kelompok teroris Front al-Nusra al-Qaeda di daerah tersebut.
Bentrokan yang dimulai pekan lalu ketika pasukan tentara Suriah yang
didukung oleh para pejuang gerakan perlawanan Libanon Hizbullah mulai
mendorong kembali militan yang telah merebut belasan puncak bukit
strategis dan posisi lain, termasuk pembangkit listrik.
“Kami akan terus maju untuk merebut kembali semua daerah yang
dikuasai mereka pekan ini. Sekarang kami memiliki bala bantuan dan kami
tidak akan berhenti di sini, “kata seorang tentara Suriah kepada Press
TV.
Bentrokan sengit terjadi antara militan dan unit tentara dengan serangan roket dan rudal dari kedua belah pihak.
“Kami mulai menyerang dengan cepat sebelum para teroris itu membentengi posisinya,” tambah tentara Suriah.
Ia mengatakan tentaranya mengambil langkah-langkah defensif untuk
“menggagalkan setiap serangan lebih lanjut terutama pada situs penting
seperti jalan raya dan pembangkit listrik.”
Suriah telah memerangi militansi yang didukung asing selama empat
tahun terakhir. Konflik ini dilaporkan telah menewaskan sekitar 230.000
orang sejauh ini, termasuk hampir 11.500 anak-anak. []
Jet tempur Irak telah melakukan serangkaian serangan udara terhadap
posisi teroris Takfiri ISIS di berbagai daerah negara Arab itu,
menewaskan puluhan teroris.
Dalam sebuah pernyataan hari Minggu (23/8/15), Kementerian Pertahanan
Irak mengatakan pesawat-pesawat tempur menargetkan posisi ISIS di
provinsi barat Anbar.
Jet Irak juga menyerang posisi ISIS di kota Dijla, yang terletak
sekitar 30 kilometer utara Baghdad serta di kota Baiji di utara provinsi
Salahuddin.
“Serangan angkatan udara Irak di Dijla dan Baiji telah menghancurkan
beberapa posisi ISIS (Daesh), menewaskan banyak militan,” kata
pernyataan itu.
Sejumlah besar bom mobil yang siap digunakan hancur oleh serangan udara, menurut pernyataan itu.
Juga Jet Irak membombardir daerah di kota barat laut Tal Afar di
utara provinsi Niniwe, media lokal melaporkan, menambahkan bahwa
sejumlah Takfiri ISIS yang berkumpul dalam pertemuan tewas selama
serangan.
Juga pada hari Minggu, pasukan darat Irak melakukan operasi
besar-besaran untuk menjinakkan bom yang ditanam oleh teroris di bagian
selatan Baghdad, dalam upaya untuk memfasilitasi kembalinya mereka yang
terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Kekerasan mengerikan telah melanda bagian utara dan barat Irak sejak
ISIS melancarkan serangan pada bulan Juni 2014, dan mengambil alih
sebagian wilayah Irak. Unit tentara beserta pejuang relawan berusaha
mengusai kembali wilayah yang direbut ISIS. []
Pesan Rahbar kepada Pemuda Eropa dan Amerika Utara
Bismillahirrahmanirrahim
Kepada semua pemuda di Eropa dan Amerika Utara
Berbagai insiden terbaru di Perancis dan peristiwa serupa di beberapa negara Barat, telah meyakinkan saya untuk langsung berbicara kepada kalian tentang itu semua. Saya memposisikan kalian para pemuda sebagai audiens, bukan karena saya mengabaikan orang tua kalian, melainkan karena saya melihat masa depan bangsa dan tanah air kalian berada di tangan kalian semua dan juga karena saya mendapati semangat mencari kebenaran lebih bergairah dan tajam di hati kalian. Dalam pesan ini saya juga tidak berbicara dengan para politisi dan negawaran kalian, karena saya berpendapat mereka telah secara sadar memisahkan jalur politik dari jalur kejujuran dan kebenaran.
Perbincangan saya dengan kalian adalah tentang Islam dan khususnya, tentang gambaran dan citra Islam yang telah disodorkan kepada kalian. Sejak dua dekade lalu hingga kini—yakni kira-kira setelah runtuhnya Uni Soviet—dilakukan berbagai upaya untuk memosisikan agama besar ini sebagai musuh menyeramkan. Agitasi ketakutan, kebencian dan eksploitasinya, sangat disayangkan memiliki catatan panjang dalam sejarah politik Barat.
Di sini, saya tidak ingin membahas tentang berbagai jenis phobia yang hingga kini ditanamkan kepada bangsa-bangsa Barat. Dengan sekilas merunut pada hasil studi kritis sejarah terbaru, kalian akan menyaksikan bahwa dalam penulisan sejarah baru, telah dikecam perilaku tidak jujur dan menyimpang pemerintah Barat terhadap bangsa lain dan berbagai budaya dunia. Sejarah Eropa dan Amerika Serikat malu karena perbudakan, canggung karena era penjajahan, dan kebingungan karena kekejaman terhadap orang-orang kulit berwarna dan non-Kristen; para peneliti dan sejarawan kalian menyatakan sangat malu karena pertumpahan darah atas nama mazhab antara Katolik dan Protestan atau atas nama kebangsaan dan etnis pada Perang Dunia I dan II.
Hal ini sendiri terpuji dan tujuan saya juga mengungkap sebagian dari daftar panjang ini bukan untuk mencela sejarah, melainkan saya ingin kalian bertanya kepada para cendikiawan kalian mengapa nurani umum di Barat selalu terlambat terjaga beberapa puluh tahun bahkan terkadang hingga ratusan tahun? Mengapa pembenahan nurani harus terfokus pada masa lalu yang jauh bukan pada masalah terkini? Mengapa ada pencegahan pembentukan kesadaran publik dalam masalah penting seperti cara penyikapan terhadap budaya dan pemikiran islami?
Kalian mengetahui dengan baik bahwa penghinaan dan memancing kebencian dan ketakutan ilusif terhadap “pihak lain”, menjadi landasan kolektif bagi seluruh penyalahgunaan kejam tersebut. Sekarang saya ingin kalian bertanya pada diri kalian sendiri, mengapa politik usang tebar ketakutan dan kebencian, sekarang menarget Islam dan umat Muslim dengan volume yang belum pernah terjadi sebelumnya? Mengapa struktur kekuasaan di dunia sekarang menginginkan agar perspektif Islam berada di titik marginal dan pasif? Memangnya makna dan nilai-nilai apa dalam Islam yang mengusik program kekuatan adidaya, serta ada kepentingan apa di bawah bayang-bayang visualisasi distorsif terhadap Islam? Dengan demikian permintaan pertama saya adalah agar kalian bertanya dan menganalisa berbagai motivasi pencitraan buruk secara meluas terhadap Islam.
Permintaan kedua saya adalah, dalam mereaksi banjir prasangka dan propaganda negatif, berusahalah mengenal agama ini secara langsung dan tanpa perantara. Akal sehat menuntut paling tidak kalian harus tahu apa yang membuat kalian lari dan takut, serta seperti apa esensinya. Saya tidak memaksa kalian menerima interpretasi saya atau siapa pun tentang Islam, melainkan saya katakan jangan biarkan fakta dinamis dan berpengaruh di dunia sekarang, ditampilkan kepada kalian dengan maksud dan tujuan kotor. Jangan biarkan mereka secara hipokrit mengenalkan para teroris antek-antek mereka sendiri sebagai perwakilan Islam. Kenalilah Islam dari sumber-sumber otentik dan utamanya. Kenalilah Islam melalui al-Quran dan kehidupan nabi besarnya (Saw).
Di sini saya ingin bertanya apakah kalian pernah merujuk langsung pada al-Quran milik umat Islam? Apakah kalian menelaah ajaran Nabi Islam (Saw) dan bimbingan kemanusiaan dan akhlaknya? Apakah kalian pernah menerima pesan Islam dari sumber lain selain media massa? Apakah kalian pernah bertanya, bagaimana dan atas dasar apa nilai-nilai Islam ini selama berabad-abad telah menciptakan peradaban ilmiah dan pemikiran terbesar di dunia serta menggembleng para cendikiawan dan pemikir hebat?
Saya berharap kalian tidak mengijinkan mereka menciptakan penghalang emosional dan afeksi dengan memberikan gambaran yang hina dan tercela di antara kalian, serta merampas kemampuan kalian untuk memberikan penilaian netral. Sekarang di mana berbagai sarana komunikasi telah memecah batasan-batasan geografis, jangan biarkan mereka mengepung kalian di perbatasan ilusif dan fiktif.
Meski tidak ada orang yang secara individual dapat memenuhi jurang yang telahada, akan tetapi dengan niat pencerahan diri dan lingkungan sekitar, masing-masing kalian dapat membangun jembatan pemikiran dan kesadaran di atas jurang tersebut. Ini adalah gangguan yang telah direncanakan antara Islam dan kalian para pemuda, meski tragis akan tetapi dapat menciptakan berbagai pertanyaan baru di benak penasaran dan ingin tahu kalian. Upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut, adalah kesempatan baik untuk mengungkap hakikat baru di hadapan kalian. Oleh karena itu jangan kalian lewatkan kesempatan ini untuk memahami Islam dengan benar dan mengertinya tanpa prasangka sehingga semoga berkat rasa tanggung jawab kalian di hadapan hakikat ini, generasi mendatang akan menulis periode sejarah interaksi Barat dengan Islam dengan lebih sedikit gangguan dan dengan nurani yang lebih tenang.
Dalam wawancarnya dengan Amy Goodman dari “Democracy Now” Jendral (pur.) Wesley Clark, mantan Panglima Tertinggi Pasukan Gabungan NATO di Kosovo (1997-2000), bersaksi bahwa AS berencana menggulingkan tujuh negara yaitu Irak, Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan Iran, sebagian
sudah jatuh seperti libya, Irak, Saddam Husin Sudah digulingkan tapi
Irak masih terus di obok-obok dan di acak-acak… Suriah perang masih
berkepanjangan diluar jadwal mereka yang di target 6 bulan rezim jatuh..
dan akhir dari sekenario ini adalah Iran. Dengan segala cara Amerika
lakukan ini, jika tidak bisa terjun langsung maka dipakailah boneka
mereka rezim-rezim korup diktator di Timur Tengah seperti Arab Saudi,
Qatar, Jordan dll. dibawah video wawancara dan transkip wawancara
tersebut:
Dibawah transkip wawancara
“We’re
going to take out seven countries in 5 years, starting with Iraq, and
then Syria, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan and, finishing off, Iran” –
Supreme Allied Commander of NATO during 1999 War on Yugoslavia. Gen. Wesley Clark, U.S. Army
General Wesley Clark. Retired 4-star U.S. Army general, Supreme Allied
Commander of NATO during the 1999 War on Yugoslavia .
Gen. Wesley Clark Weighs Presidential Bid: “I Think About It Everyday”
Short version of video interview on U-Tube
Complete Transcript of Program, Democracy Now.
Today we spend the hour with General
Wesley Clark, the retired four-star general. He was the Supreme Allied
Commander of NATO during the Kosovo War. In 2004 he unsuccessfully ran
for the Democratic presidential nomination. He recently edited a series
of books about famous U.S. generals including Dwight Eisenhower and
Ulysses Grant – both of whom became president after their military
careers ended.
Well for the rest of the hour we are
going to hear General Wesley Clark on the possibility of a U.S. attack
on Iran, the impeachment of President Bush, the use of cluster bombs,
the bombing of Radio Television Serbia during the Kosovo War and much
more. I interviewed Wesley Clark on Tuesday at the 92nd Street Y in New
York.
Gen. Wesley Clark. Retired 4-star US Army general. Supreme Allied Commander of NATO during the Kosovo War.
AMY GOODMAN: Today, an
exclusive hour with General Wesley Clark, the retired four-star general.
He was Supreme Allied Commander of NATO during the Kosovo War. He has
been awarded the Presidential Medal of Freedom. In 2004, he
unsuccessfully ran for the Democratic presidential nomination. He
recently edited a series of books about famous US generals, including
Dwight Eisenhower and Ulysses Grant, both of whom became president after
their military careers ended.
On Tuesday, I interviewed Wesley Clark at
the 92nd Street Y Cultural Center here in New York City before a live
audience and asked him about his presidential ambitions.
AMY GOODMAN: What do you think of these generals who run for president?
GEN. WESLEY CLARK: I like them. It’s happened before.
AMY GOODMAN: Will it happen again?
GEN. WESLEY CLARK: It might.
AMY GOODMAN: Later in the interview, I followed up on that question.
AMY GOODMAN: Will you announce for president?
GEN. WESLEY CLARK: Well, I haven’t said I won’t.
AMY GOODMAN: What are you waiting for?
GEN. WESLEY CLARK: I’m
waiting for several different preconditions, which I’m not at liberty to
discuss. But I will tell you this: I think about it every single day.
AMY GOODMAN: Well, for
the rest of the hour, we’ll hear General Wesley Clark in his own words
on the possibility of a US attack on Iran; the impeachment of President
Bush; the use of cluster bombs; the bombing of Radio Television Serbia
during the Kosovo War under his command; and much more. I interviewed
General Clark on Tuesday at the 92nd Street Y in New York.
AMY GOODMAN: Now, let’s talk about Iran. You have a whole website devoted to stopping war.
GEN. WESLEY CLARK: Lihat website: stopiranwar
AMY GOODMAN: Do you see a
replay in what happened in the lead-up to the war with Iraq — the
allegations of the weapons of mass destruction, the media leaping onto
the bandwagon?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
in a way. But, you know, history doesn’t repeat itself exactly twice.
What I did warn about when I testified in front of Congress in 2002, I
said if you want to worry about a state, it shouldn’t be Iraq, it should
be Iran. But this government, our administration, wanted to worry about
Iraq, not Iran.
I knew why, because I had been through
the Pentagon right after 9/11. About ten days after 9/11, I went through
the Pentagon and I saw Secretary Rumsfeld and Deputy Secretary
Wolfowitz. I went downstairs just to say hello to some of the people on
the Joint Staff who used to work for me, and one of the generals called
me in. He said, “Sir, you’ve got to come in and talk to me a second.” I
said, “Well, you’re too busy.” He said, “No, no.” He says, “We’ve made
the decision we’re going to war with Iraq.” This was on or about the
20th of September. I said, “We’re going to war with Iraq? Why?” He said,
“I don’t know.” He said, “I guess they don’t know what else to do.” So I
said, “Well, did they find some information connecting Saddam to
al-Qaeda?” He said, “No, no.” He says, “There’s nothing new that way.
They just made the decision to go to war with Iraq.” He said, “I guess
it’s like we don’t know what to do about terrorists, but we’ve got a
good military and we can take down governments.” And he said, “I guess
if the only tool you have is a hammer, every problem has to look like a
nail.”
So I came back to see him a few weeks
later, and by that time we were bombing in Afghanistan. I said, “Are we
still going to war with Iraq?” And he said, “Oh, it’s worse than that.”
He reached over on his desk. He picked up a piece of paper. And he said,
“I just got this down from upstairs” — meaning the Secretary of
Defense’s office — “today.” And he said, “This is a memo that describes
how we’re going to take out seven countries in five years, starting with
Iraq, and then Syria, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan and, finishing
off, Iran.” I said, “Is it classified?” He said, “Yes, sir.” I said,
“Well, don’t show it to me.” And I saw him a year or so ago, and I said,
“You remember that?” He said, “Sir, I didn’t show you that memo! I
didn’t show it to you!”
AMY GOODMAN: I’m sorry. What did you say his name was?
GEN. WESLEY CLARK: I’m not going to give you his name.
AMY GOODMAN: So, go through the countries again.
GEN. WESLEY CLARK: Well,
starting with Iraq, then Syria and Lebanon, then Libya, then Somalia
and Sudan, and back to Iran. So when you look at Iran, you say, “Is it a
replay?” It’s not exactly a replay. But here’s the truth: that Iran,
from the beginning, has seen that the presence of the United States in
Iraq was a threat — a blessing, because we took out Saddam Hussein and
the Baathists. They couldn’t handle them. We took care of it for them.
But also a threat, because they knew that they were next on the hit
list. And so, of course, they got engaged. They lost a million people
during the war with Iraq, and they’ve got a long and unprotectable,
unsecurable border. So it was in their vital interest to be deeply
involved inside Iraq. They tolerated our attacks on the Baathists. They
were happy we captured Saddam Hussein.
But they’re building up their own network
of influence, and to cement it, they occasionally give some military
assistance and training and advice, either directly or indirectly, to
both the insurgents and to the militias. And in that sense, it’s not
exactly parallel, because there has been, I believe, continuous Iranian
engagement, some of it legitimate, some of it illegitimate. I mean, you
can hardly fault Iran because they’re offering to do eye operations for
Iraqis who need medical attention. That’s not an offense that you can go
to war over, perhaps. But it is an effort to gain influence.
And the administration has stubbornly
refused to talk with Iran about their perception, in part because they
don’t want to pay the price with their domestic — our US domestic
political base, the rightwing base, but also because they don’t want to
legitimate a government that they’ve been trying to overthrow. If you
were Iran, you’d probably believe that you were mostly already at war
with the United States anyway, since we’ve asserted that their
government needs regime change, and we’ve asked congress to appropriate
$75 million to do it, and we are supporting terrorist groups,
apparently, who are infiltrating and blowing up things inside Iraq —
Iran. And if we’re not doing it, let’s put it this way: we’re probably
cognizant of it and encouraging it. So it’s not surprising that we’re
moving to a point of confrontation and crisis with Iran.
My point on this is not that the Iranians
are good guys — they’re not — but that you shouldn’t use force, except
as a last, last, last resort. There is a military option, but it’s a bad
one.
AMY GOODMAN: I wanted to get your response to Seymour Hersh’s piece in The New Yorker
to two key points this week, reporting the Pentagon’s established a
special planning group within the office of the Joint Chiefs of Staff to
plan a bombing attack on Iran, that this is coming as the Bush
administration and Saudi Arabia are pumping money for covert operations
into many areas of the Middle East, including Lebanon, Syria, and Iran,
in an effort to strengthen Saudi-supported Sunni Islam groups and weaken
Iranian-backed Shias — some of the covert money has been given to
jihadist groups in Lebanon with ties to al-Qaeda — fighting the Shias by
funding with Prince Bandar and then with US money not approved by
Congress, funding the Sunnis connected to al-Qaeda.
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I don’t have any direct information to confirm it or deny it. It’s
certainly plausible. The Saudis have taken a more active role. You know,
the Saudis have –
AMY GOODMAN: You were just in Saudi Arabia.
GEN. WESLEY CLARK: Hmm?
AMY GOODMAN: You just came back from Saudi Arabia.
GEN. WESLEY CLARK: Yeah.
Well, the Saudis have basically recognized that they have an enormous
stake in the outcome in Iraq, and they don’t particularly trust the
judgment of the United States in this area. We haven’t exactly proved
our competence in Iraq. So they’re trying to take matters into their own
hands.
The real danger is, and one of the
reasons this is so complicated is because — let’s say we did follow the
desires of some people who say, “Just pull out, and pull out now.” Well,
yeah. We could mechanically do that. It would be ugly, and it might
take three or four months, but you could line up the battalions on the
road one by one, and you could put the gunners in the Humvees and load
and cock their weapons and shoot their way out of Iraq. You’d have a few
roadside bombs. But if you line everybody up there won’t be any
roadside bombs. Maybe some sniping. You can fly helicopters over, do
your air cover. You’d probably get safely out of there. But when you
leave, the Saudis have got to find someone to fight the Shias. Who are
they going to find? Al-Qaeda, because the groups of Sunnis who would be
extremists and willing to fight would probably be the groups connected
to al-Qaeda. So one of the weird inconsistencies in this is that were we
to get out early, we’d be intensifying the threat against us of a super
powerful Sunni extremist group, which was now legitimated by overt
Saudi funding in an effort to hang onto a toehold inside Iraq and block
Iranian expansionism.
AMY GOODMAN: And
interestingly, today, John Negroponte has just become the number two
man, resigning his post as National Intelligence Director to go to the
State Department, Seymour Hersh says, because of his discomfort that the
administration’s covert actions in the Middle East so closely echo the
Iran-Contra scandal of the 1980s, and Negroponte was involved with that.
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I’m sure there are a lot of reasons why John would go back to the State
Department. John’s a good — he’s a good man. But, you know, the
question is, in government is, can you — are you bigger than your job?
Because if you’re not bigger than your job, you get trapped by the
pressures of events and processes into going along with actions that you
know you shouldn’t. And I don’t know. I don’t know why he left the
National Intelligence Director’s position. He started in the State
Department. Maybe he’s got a fondness to return and finish off his
career in State.
AMY GOODMAN: Can you talk about — do you know who the generals are, who are threatening to resign if the United States attacks Iran?
GEN. WESLEY CLARK: No, I don’t. No, I don’t. And I don’t want to know.
AMY GOODMAN: Do you agree with them?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I’ll put it this way. On Labor Day weekend of 1994, when I was the J5 —
I was a three-star general. I was in the Pentagon. And it was a
Saturday morning, and so I was in the office. Walt Kross was the
director of the Joint Staff, and he was in the office. And I think it
was either Howell Estes or Jack Sheehan who was the J3 at the time. The
three of us — I think it was Jack still on the job for the last couple
of days. And the three of us were in Shalikashvili’s office about 11:00
in the morning on a Saturday morning, and he had just come back from a
White House meeting. And he was all fired up in the way that Shali could
be. And he said, “So,” he said, “we will see who will be the real
soldiers this weekend! There’s much work to be done! This operation on
Haiti has to be completed! The planning must be done correctly, and it
must be done this weekend! So we will see who are the real soldiers!”
Then the phone buzzed, and he got up from
this little round table the four of us were sitting at to take the call
from the White House. We started looking at each other. We said, “Gosh,
I wonder where this came from.” I mean, we were all getting ready to
check out of the building in an hour or so. We had finished off the
messages and paperwork. And we just usually got together because there
was normally a crisis every Saturday anyway, and so we normally would
come in for the Saturday morning crisis. And so, Shali came back, and so
I said to him, I said, “Well, sir, we’ve been talking amongst
ourselves, and we’re happy to work all weekend to get all this done, but
this is just a drill, right, on Haiti?”
He looked at me, and he said, “Wes,” he
said, “this is no drill.” He said, “I’m not authorized to tell you this.
But,” he said “the decision has been made, and the United States will
invade Haiti. The date is the 20th” — I think it was this date — “of the
20th of September. And the planning must be done, and it must be done
now. And if any of you have reservations about this, this is the time to
leave.” So I looked at Jack, and I looked at Walt. They looked at me. I
mean, we kind of shrugged our shoulders and said, “OK, if you want to
invade Haiti, I mean, it’s not illegal. It’s not the country we’d most
like to invade. The opposition there consists of five armored vehicles.
But sure, I mean, if the President says to do it, yeah, we’re not going
resign over it.” And so, we didn’t resign. Nobody resigned.
But Shali was a very smart man. He knew.
He knew he was bigger than his job, and he knew that you had to ask
yourself the moral, legal and ethical questions first. And so, I’m
encouraged by the fact that some of these generals have said this about
Iran. They should be asking these questions first.
AMY GOODMAN: General
Wesley Clark. He says he thinks about running for president again every
day. We’ll come back to my interview with him in a minute.
[break]
AMY GOODMAN: We go back to my interview with General Wesley Clark.
AMY GOODMAN: What about the soldiers who are saying no to going to Iraq right now?
GEN. WESLEY CLARK: Iraq?
AMY GOODMAN: To going to
Iraq. People like First Lieutenant Ehren Watada, first commissioned
officer to say no to deploy. And they just declared a mistrial in his
court-martial. He will face another court-martial in a few weeks. What
do you think of these young men and women — there are now thousands —
who are refusing? But, for example, Ehren Watada, who says he feels it’s
wrong. He feels it’s illegal and immoral, and he doesn’t want to lead
men and women there.
GEN. WESLEY CLARK: Well, I think, you know, he’s certainly made a personally courageous statement. And he’ll pay with the consequences of it.
AMY GOODMAN: Do you think he should have to go to jail for that?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I think that you have to have an effective armed forces. And I think
that it’s not up to the men and women in the Armed Forces to choose
where they’ll go to war, because at the very time you need the Armed
Forces the most is — there will be a certain number of people who will
see it the other way. And so, I support his right to refuse to go, and I
support the government’s effort to bring charges against him. This is
the way the system works.
Now, the difference is, the case that I
described with Shalikashvili is, we would have been given the chance to
retire. We would have left our jobs. We might not have retired as
three-star generals, because we hadn’t done our duty. But we weren’t in
the same circumstance that he is, so there wasn’t necessarily going to
be charges brought against us.
But an armed forces has to have
discipline. It’s a voluntary organization to join. But it’s not
voluntary unless it’s illegal. And you can bring — the trouble with Iraq
is it’s not illegal. It was authorized by the United States Congress.
It was authorized by the United Nations Security Council resolution.
It’s an illegitimate war, but not an illegal war.
AMY GOODMAN: Do you think it’s wrong?
GEN. WESLEY CLARK: It’s
wrong to fight in Iraq? Well, I think it’s a mistake. I think it’s a bad
strategy. I think it’s brought us a lot of grief, and it will bring us a
lot more grief. I think it’s been a tremendous distraction from the war
on terror, a diversion of resources, and it’s reinforced our enemies.
But on the other hand, his case is a moral case, not a legal case. And
if you’re going to be a conscientious objector morally like this, then
what makes it commendable is that you’ll take your stand on principle
and pay the price. If there’s no price to be paid for it, then the
courage of your act isn’t self-evident. So he’s taken a very personally
courageous stand. But on the other hand, you have to also appreciate the
fact that the Armed Forces has to be able to function.
So, you know, in World War I in France,
there were a series of terribly misplaced offensives, and they brought —
they failed again and again and again. The French took incredible
losses. And these were conscript armies. And after one of these
failures, a group of thousands of soldiers simply said, “We’re not doing
this again. It’s wrong.” You know what the French did? They did what
they call decimation. They lined up the troops. They took every tenth
soldier, and they shot them. Now, the general who ordered that, he
suffered some severe repercussions, personally, morally, but after that
the soldiers in France didn’t disobey. Had the army disintegrated at
that point, Germany would have occupied France. So when you’re dealing
with the use of force, there is an element of compulsion in the Armed
Forces.
AMY GOODMAN: But if the
politicians will not stop it — as you pointed out, the Democrats joined
with the Republicans in authorizing the war — then it’s quite
significant, I think, that you, as a general, are saying that this man
has taken a courageous act. Then it’s up to the people who are being
sent to go to say no.
GEN. WESLEY CLARK: Yeah.
But the courage that we need is not his courage. We need the courage of
the leaders in the United States government: the generals who could
affect the policy, the people in Congress who could force the President
to change his strategy. That’s the current — that’s the courage that’s
needed.
AMY GOODMAN: And how could they do that?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
you start with a non-binding resolution in the United States Congress,
and you build your momentum from there. And you keep hammering it. The
Congress has three principal powers. It has the power to appoint, power
to investigate, power to fund. And you go after all three. On all three
fronts, you find out what the President needs, until he takes it
seriously. I think it’s a difficult maneuver to use a scalpel and say,
“Well, we’re going to support funding, but we’re not going to support
funding for the surge,” because that’s requiring a degree of
micro-management that Congress can’t do.
But you can certainly put enough squeeze
on the President that he finally calls in the leaders of the Congress
and says, “OK, OK, what’s it going to take? I’ve got to get my White
House budget passed. I’ve got to get thirty judges, federal judges,
confirmed. I’ve got to get these federal prosecutors — you know, the
ones that I caused to resign so I could handle it — they’ve got to get
replacements in place. What do I have to do to get some support here?” I
mean, it could be done. It’s hard bare-knuckle government.
AMY GOODMAN: Do you think Congress should stop funding the war?
GEN. WESLEY CLARK: I
think Congress should take a strong stand to get the strategy changed. I
don’t think that if you cut off funding for the war, it’s in the —
right now that’s not in the United States’ interest. What is in the
United States’ interest is to change the strategy in the war. You cannot
succeed by simply stopping the funding and saying, “You’ve got six
months to get the Americans out.” That’s not going to end the misery in
Iraq. It’s not going to restore the lives that have been lost. And it’s
not going to give us the power in the region to prevent later threats.
What we do have to do is have a strategy
that uses all the elements of America’s power: diplomatic, economic,
legal and military. I would send a high-level diplomatic team into the
region right now. I’d have no-holds-barred and no-preconditioned
discussion with Iran and Syria. And I would let it be known that I’ve
got in my bag all the tricks, including putting another 50,000 troops in
Iraq and pulling all 150,000 troops out. And we’re going to reach an
agreement on a statement of principles that brings stability and peace
and order to the region. So let’s just sit down and start doing it. Now,
that could be done with the right administrative leadership. It just
hasn’t been done.
You know, think of it this way. You’re on
a ship crossing the Atlantic. It’s a new ship. And it’s at night. And
you’re looking out ahead of the ship, and you notice that there’s a part
of the horizon. It’s a beautiful, starry night, except that there’s a
part of the horizon, a sort of a regular hump out there where there are
no stars visible. And you notice, as the ship plows through the water at
thirty knots, that this area where there are no stars is getting
larger. And finally, it hits you that there must be something out there
that’s blocking the starlight, like an iceberg. So you run to the
captain. And you say, “Captain, captain, there’s an iceberg, and we’re
driving right toward it.” And he says, “Look, I can’t be bothered with
the iceberg right now. We’re having an argument about the number of deck
chairs on the fore deck versus the aft deck.” And you say, “But you’re
going to hit an iceberg.” He says, “I’m sorry. Get out of here.” So you
go to the first officer, and he says, “I’m fighting with the captain on
the number of deck chairs.”
You know, we’re approaching an iceberg in
the Middle East in our policy, and we’ve got Congress and the United
States — and the President of the United States fighting over troop
strength in Iraq. It’s the wrong issue. The issue is the strategy, not
the troop strength.
AMY GOODMAN: General Clark, do you think Guantanamo Bay should be closed?
GEN. WESLEY CLARK: Absolutely.
AMY GOODMAN: If Congress cut off funds for the prison there, it would be closed. Should they?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I think the first thing Congress should do is repeal the Military
Commissions Act. I’m very disturbed that a number of people who are
looking at the highest office in the land have supported an act which
advertently or inadvertently authorizes the admission into evidence of
information gained through torture. That’s not the America that I
believe in. And the America that I believe in doesn’t detain people
indefinitely without charges. So I’d start with the Military Commissions
Act.
Then I’d get our NATO allies into the
act. They’ve said they don’t like Guantanamo either. So I’d like to
create an international tribunal, not a kangaroo court of military
commissions. And let’s go back through the evidence. And let’s lay it
out. Who are these people that have been held down there? And what have
they been held for? And which ones can be released? And which ones
should be tried in court and convicted?
You see, essentially, you cannot win the
war on terror by military force. It is first and foremost a battle of
ideas. It is secondly a law enforcement effort and a cooperative effort
among nations. And only as a last resort do you use military force. This
president has distorted the capabilities of the United States Armed
Forces. He’s used our men and women in uniform improperly in Guantanamo
and engaged in actions that I think are totally against the Uniform Code
of Military Justice and against what we stand for as the American
people.
AMY GOODMAN: Do you think that President Bush should be impeached?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I think we ought to do first thing’s first, which is, we really need to
understand and finish the job that Congress started with respect to the
Iraq war investigation. Do you remember that there was going to be a
study released by the Senate, that the senator from Iowa or from Kansas
who was the Republican head of the Senate Intelligence Committee was
going to do this study to determine whether the administration had, in
fact, misused the intelligence information to mislead us into the war
with Iraq? Well, I’ve never seen that study. I’d like to know where that
study is. I’d like to know why we’ve spent three years investigating
Scooter Libby, when we should have been investigating why this country
went to war in Iraq.
AMY GOODMAN: The Center
for Constitutional Rights has filed a complaint against Donald Rumsfeld,
General Miller and others in a German court, because they have
universal jurisdiction. Do you think that Donald Rumsfeld should be
tried for war crimes?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I’d like to see what the evidence is against Rumsfeld. I do know this,
that there was a lot of pressure put on the men and women in uniform to
come up with intelligence. I remember — I think it was either General
Sanchez or General Abizaid, who stated that we don’t need more troops —
this is the fall of 2003 — we just need better information. Well, to me,
that was immediate code words that we were really trying to soak these
people for information.
And it’s only a short step from there to
all the kinds of mistreatment that occur at places like Abu Ghraib. So
we know that Al Gonzales wrote a couple of really — or authored, or his
people authored and he approved, a couple of outrageous memos that
attempted to define torture as deliberately inflicted pain, the
equivalent of the loss of a major bodily organ or limb, which is — it’s
not an adequate definition of torture. And we know that he authorized,
to some degree, some coercive methods, which we have — and we know
President Bush himself accepted implicitly in a signing statement to a
2005 act on military detainees that he would use whatever methods were
appropriate or necessary. So there’s been some official condoning of
these actions.
I think it’s a violation of international
law and a violation of American law and a violation of the principles
of good government in America. There have always been evidences of
mistreatment of prisoners. Every army has probably done it in history.
But our country hasn’t ever done it as a matter of deliberate policy.
George Washington told his soldiers, when they captured the Hessians and
the men wanted to run them through, because the Hessians were brutal
and ruthless, he said, “No, treat them well.” He said, “They’ll join our
side.” And many of them did. It was a smart policy, not only the right
thing to do, but a smart policy to treat the enemy well. We’ve made
countless enemies in that part of the world by the way we’ve treated
people and disregarded them. It’s bad, bad policy.
AMY GOODMAN: I wanted to ask — you’re a FOX News contributor now?
GEN. WESLEY CLARK: Oh, at least.
AMY GOODMAN: I wanted to
ask you what you think of the dean of West Point, Brigadier General
Patrick Finnegan, together with a military interrogator named Tony
Lagouranis and the group Human Rights First, going to the heads of the
program 24, very popular hit show on FOX, to tell them that
what they’re doing on this program, glorifying torture, is inspiring
young men and women to go to Iraq and torture soldiers there, and to
stop it?
GEN. WESLEY CLARK: And not only that, but it doesn’t work. Yeah, Pat Finnegan is one of my heroes.
AMY GOODMAN: So what do you think about that?
GEN. WESLEY CLARK: I think it’s great.
AMY GOODMAN: And have you been involved in the conversation internally at FOX, which runs 24, to stop it?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
as far as I know, they actually put out a call to all the writers in
Hollywood. My son’s a writer, and he was one of them who got a call.
They were all told: stop talking about torture. It doesn’t work. So I
think it was an effective move by Pat Finnegan.
AMY GOODMAN: So you support it?
GEN. WESLEY CLARK: Absolutely.
AMY GOODMAN: General
Wesley Clark. I’m interviewing him at the 92nd Street Y. We’re going to
come back to the conclusion of that interview in a minute.
[break]
AMY GOODMAN: General
Wesley Clark recently edited a series of books about famous US generals:
Grant, LeMay, Patton and Eisenhower. When I interviewed him at the 92nd
Street Y, I asked him a question about the presidency of General Dwight
Eisenhower
AMY GOODMAN: 1953 was
also a seminal date for today, and that was when Kermit Roosevelt, the
grandson of Teddy Roosevelt, went to Iran and led a coup against
Mohammed Mossadegh under Eisenhower.
GEN. WESLEY CLARK: People
make mistakes. And one of the mistakes that the United States
consistently made was that it could intervene and somehow adjust
people’s governments, especially in the Middle East. I don’t know why we
felt that — you can understand Latin America, because Latin America was
always an area in which people would come to the United States, say,
“You’ve got to help us down there. These are banditos, and they don’t
know anything. And, you know, they don’t have a government. Just
intervene and save our property.” And the United States did it a lot in
the ’20s. Of course, Eisenhower was part of that culture. He had seen
it.
But in the Middle East, we had never been
there. We established a relationship during World War II, of course, to
keep the Germans out of Iran. And so, the Soviets and the Brits put an
Allied mission together. At the end of World War II, the Soviets didn’t
want to withdraw, and Truman called their bluff in the United Nations.
And Eisenhower knew all of this. And Iran somehow became incorporated
into the American defense perimeter. And so, his view would have been,
we couldn’t allow a communist to take over.
AMY GOODMAN: But wasn’t it more about British Petroleum?
GEN. WESLEY CLARK: Oh,
it’s always — there are always interests. The truth is, about the Middle
East is, had there been no oil there, it would be like Africa. Nobody
is threatening to intervene in Africa. The problem is the opposite. We
keep asking for people to intervene and stop it. There’s no question
that the presence of petroleum throughout the region has sparked great
power involvement. Whether that was the specific motivation for the coup
or not, I can’t tell you. But there was definitely — there’s always
been this attitude that somehow we could intervene and use force in the
region. I mean, that was true with — I mean, imagine us arming and
creating the Mujahideen to keep the Soviets out of Afghanistan. Why
would we think we could do that? But we did. And, you know, my lesson on
it is, whenever you use force, there are unintended consequences, so
you should use force as a last resort. Whether it’s overt or covert, you
pay enormous consequences for using force.
AMY GOODMAN: I wanted to ask you about what you think of the response to Jimmy Carter’s book,Peace, Not Apartheid.
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I’m sorry to say I haven’t read the book. And it’s one of the things
I’ve been meaning to read, and I just haven’t. I will tell you this,
that we’re in a very, very difficult position in Israel. I say “we,”
because every American president has committed to the protection and
survival of the state of Israel. And I think that’s right. And I
certainly feel that way, and I’m a very strong supporter of Israel.
But somehow we’ve got to move off top
dead center in terms of these discussions with the Palestinians. And
this administration has failed to lead. They came into office basically
determined not to do anything that Bill Clinton did. I think that was
the basic guideline. And so, they have allowed unremitting violence
between Israel and the Palestinians with hardly an effort to stop that
through US leadership. And now, it’s almost too late. So Condi was over
there the other day, and she didn’t achieve what she wanted to achieve,
and people want to blame the Saudis. But at least the Saudis tried to do
something at Mecca by putting together a unity government. So I fault
the administration.
Jimmy Carter has taken a lot of heat from
people. I don’t know exactly what he said in the book. But people are
very sensitive about Israel in this country. And I understand that. A
lot of my friends have explained it to me and have explained to me the
psychology of people who were in this country and saw what was happening
in World War II, and maybe they didn’t feel like they spoke out
strongly enough, soon enough, to stop it. And it’s not going to happen
again.
AMY GOODMAN: General Clark, I wanted to ask you a tough question about journalists.
GEN. WESLEY CLARK: Well, now, that would be the first tough question you’ve asked me tonight.
AMY GOODMAN: There are
more than a hundred journalists and media workers in Iraq who have died.
And particularly hard hit are Arab journalists. I mean, you had Tariq
Ayoub, the Al Jazeera reporter, who died on the roof of Al Jazeera when
the US military shelled Al Jazeera, then went on to shell the Palestine
Hotel and killed two reporters, a Reuters cameraman and one from
Telecinco in Spain named Jose Couso. Many Arab journalists feel like
they have been targeted, the idea of shooting the messenger. But this
tough question goes back to your being Supreme Allied Commander in
Yugoslavia and the bombing of Radio Television Serbia. Do you regret
that that happened, that you did that?
GEN. WESLEY CLARK: No, I
don’t regret that at all. That was part of the Serb command and control
network. And not only that, I was asked to take out that television by a
lot of important political leaders. And before I took it out, I twice
warned the Serbs we were going to take it out. We stopped, at one news
conference in the Pentagon, we planted the question to get the attention
of the Serbs, that we were going to target Serb Radio and Television.
AMY GOODMAN: RTS.
GEN. WESLEY CLARK: Yeah.
And that night, in fact, Milosevic got the warning, because he summoned
all the foreign journalists to come to a special mandatory party at RTS
that night. But we weren’t bombing that night. We put the word out
twice before we actually I did it.
AMY GOODMAN: You told CNN, which was also there, to leave?
GEN. WESLEY CLARK: I
told — I used — I think I used CNN to plant the story and to leak it at
the Pentagon press conference. But we didn’t tell anyone specifically to
leave. What we told them was it’s now a target. And it was Milosevic
who determined that he would keep people there in the middle of the
night just so there would be someone killed if we struck it. So we
struck it during the hours where there were not supposed to be anybody
there.
AMY GOODMAN: But you killed civilians.
GEN. WESLEY CLARK: Six people died.
AMY GOODMAN: I think sixteen. But I think it’s the media — it’s the beauticians, the technicians. It was a civilian target.
GEN. WESLEY CLARK: Yeah, they were ordered to stay there by Milosevic. Yeah.
AMY GOODMAN: But it was a civilian target.
GEN. WESLEY CLARK: It was not a civilian target. It was a military target. It was part of the Serb command and control network
AMY GOODMAN: What do you think of Amnesty International calling it a war crime?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
I think it was investigated by the International Criminal Tribunal in
Yugoslavia and found to be a legitimate target. So I think it’s
perfectly alright for Amnesty International to have their say, but
everything we did was approved by lawyers, and every target was blessed.
We would not have committed a war crime.
AMY GOODMAN: Upon
reflection now and knowing who died there, the young people, the people
who worked for RTS, who — as you said, if Milosevic wanted people to
stay there, they were just following orders.
GEN. WESLEY CLARK: Well,
it was a tragedy. But I’ll tell you something. If you want to talk
about tragedies, how about this one? We bombed what we thought was a
Serb police station in Kosovo. We saw the Serb vehicles. We flew
unmanned aerial vehicles over it. And we did everything we could to
identify it. And we found that there were Serb police vehicles parked
there at night, so we sent an F-16 in, dropped two 500-pound
laser-guided bombs and took it out. We killed eighty Albanians who had
been imprisoned by the Serbs there. They were trying to escape, and the
Serbs locked them up in this farmhouse and surrounded them with
vehicles. So, I regret every single innocent person who died, and I
prayed every night that there wouldn’t be any innocent people who died.
But this is why I say you must use force only as a last resort.
I told this story to the high school kids
earlier, but it bears repeating, I guess. We had a malfunction with a
cluster bomb unit, and a couple of grenades fell on a schoolyard, and
some, I think three, schoolchildren were killed in Nish. And two weeks
later, I got a letter from a Serb grandfather. He said, “You’ve killed
my granddaughter.” He said, “I hate you for this, and I’ll kill you.”
And I got this in the middle of the war. And it made me very, very sad.
We certainly never wanted to do anything like that. But in war,
accidents happen. And that’s why you shouldn’t undertake military
operations unless every other alternative has been exhausted, because
innocent people do die. And I think the United States military was as
humane and careful as it possibly could have been in the Kosovo
campaign. But still, civilians died. And I’ll always regret that.
AMY GOODMAN: Do you think cluster bombs should be banned?
GEN. WESLEY CLARK: You
know, we used, I think 1,400-plus cluster bombs. And there’s a time when
you have to use cluster bombs: when they’re the most appropriate and
humane weapon. But I think you have to control the use very carefully.
And I think we did in Yugoslavia.
AMY GOODMAN: Right now,
the US has rejected an international call to ban the use of cluster
bombs. On Friday, forty-six countries were in Oslo to develop a new
international treaty to ban the use of cluster munitions by — I think
it’s 2008. Would you support that?
GEN. WESLEY CLARK: Well,
you know, people who are against war often make the case by trying to
attack the weapons of war and stripping away the legitimacy of those
weapons. I’ve participated in some of that. I’d like to get rid of
landmines. I did participate in getting rid of laser blinding weapons.
And I was part of the team that put together the agreement that got rid
of laser blinding weapons. I’d like to get rid of nuclear weapons. But I
can’t agree with those who say that force has no place in international
affairs. It simply does for this country. And I would like to work to
make it so that it doesn’t. But the truth is, for now it does. And so, I
can’t go against giving our men and women in uniform the appropriate
weapons they need to fight, to fight effectively to succeed on the
battlefield, and to minimize their own casualties.
AMY GOODMAN: Well, we’ll have to leave it there. I thank you very much, General Wesley Clark.
GEN. WESLEY CLARK: Thank you. Thank you very much. Thank you.
AMY GOODMAN: General
Wesley Clark. I interviewed him at the 92nd Street Y, the cultural
center here in New York, on the publication of the Great General Series,
on Grant, LeMay, Patton and Eisenhower.